Kurikulum Merdeka Jadi Payung Pemulihan Pembelajaran di Bulungan, Suparmin: Beri Kebebasan Guru
lensapostkaltim.com,- TANJUNG SELOR – Pengalaman menjalankan program rintisan literasi kelas awal selama tiga tahun (2017- 2020) menjadi modal bagi Pemkab Bulungan, Kalimantan Utara melakukan pemulihan pembelajaran (learning recovery).
Ratusan guru SD di Kabupaten Bulungan telah terlatih melakukan asesmen diagnostik, pembelajaran berdiferensiasi, dan memfokusan pembelajaran pada materi esensial yaitu literasi, numerasi, dan karakter.
Ketiga komponen tersebut merupakan karakteristik Kurikulum Merdeka.

Berkat modal itu pula, Bulungan berhasil melampaui target skor rerata kemampuan literasi SD untuk SPM (Standar Pelayanan Minimal) Pendidikan 2023 dan 2024.
Berdasarkan hasil Asesmen Nasional (AN), rerata skor kemampuan literasi SD Bulungan tahun 2023 adalah 58,46.
Skor ini melebihi target tahun 2023 yaitu 53,56 dan melampaui target tahun 2024 yaitu 56,11.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Bulungan Suparmin Setto begitu antusias menjawab pertanyaan soal Kurikulum Merdeka.
“Kami mendukung hadirnya Kurikulum Merdeka,” jawabnya tegas, beberapa waktu lalu. Suparmin mengatakan, Kurikukum Merdeka memberikan kebebasan yang dibutuhkan guru.
Karakteristik Kurikulum Merdeka, seperti asesmen diagnostik, pembelajaran berdiferensiasi, dan fokus pada materi esensial, sudah terbukti efektif membantu siswa meningkatkan keterampilan literasi, numerasi, dan karakter.
Karakteristik ini sudah digunakan Bulungan jauh hari sebelum Kurikulum Merdeka diluncurkan Kemendikbudristek.
“Kehadiran Kurikulum Merdeka ini seperti memberi kami payung untuk menghadapi musim hujan,” jelasnya.
Suparmin menggunakan metafora ”hujan” guna menjelaskan dampak pandemi Covid-19.
Sejak virus Corona masuk Indonesia pada Maret 2020, jutaan siswa harus belajar dalam kondisi darurat.
Dua tahun belajar dalam kondisi darurat menyebabkan banyak siswa kehilangan kemampuan belajarnya.
Jumlah siswa ini akan terus bertambah jika pemerintah tidak punya senjata untuk melakukan pemulihan kemampuan belajar.

Senjata itulah yang Suparmin maksud sebagai “payung” yang kini bernama Kurikulum Merdeka. Dari pengalaman menjalankan program rintisan literasi kelas awal tiga tahun lalu Bulungan pun mendapatkan “senjata”-nya.
Program ini dikembangkan Disdikbud Bulungan bersama Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Kalimantan Utara.
Sistem ini diujicobakan untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa SD di kelas awal. INOVASI merupakan program kemitraan pendidikan antara Australia dan Indonesia.
Lebih lanjut Suparmin mengatakan, Bulungan menerapkan tiga strategi untuk mendongkrak angka kelulusan kompetensi literasi dasar.
Strategi itu meliputi peningkatan kapasitas guru untuk mengajarkan literasi melalui pelatihan dan pendampingan berbasis Kelompok Kerja Guru (KKG), memperbanyak pasokan buku cerita anak, dan memberikan bantuan khusus kepada siswa yang teridentifikasi lamban membaca.
Setelah diimplementasikan selama tiga tahun, program rintisan kelas awal membawa hasil menggembirakan.
Perbandingan pengukuran kemampuan membaca tahun 2017 dan 2019 menunjukkan, Bulungan mampu memangkas waktu penuntasan hasil literasi dasar dari tiga tahun menjadi dua tahun.
Jika pada Desember 2017 hanya 57 persen siswa lulus uji kompetensi literasi dasar, pada Agustus 2019 angka itu melonjak menjadi 94 persen.
Senjata Pemulihan Pembelajaran Sejak tahun 2017 Bulungan telah melakukan pelatihan dan pendampingan guru SD secara masif dan intensif. Guru dilatih untuk mampu melakukan asesmen diagnostik, terutama pada bidang kemampuan literasi, mendesain materi dan mengajar sesuai dengan kemampuan siswa (pembelajaran berdiferensiasi), serta memanfaatkan buku anak dalam pembelajaran.
Pengalaman ini ternyata menjadi senjata dalam memulihkan kemampuan belajar. Disdikbud Bulungan hanya melakukan sedikit modifikasi agar senjata tersebut lebih efektif dan efesien.
“Modifikasi yang kami lakukan adalah mewajibkan sekolah menggunakan kurikulum yang lebih fleksibel seperti kurikulum darurat; memfokuskan pembelajaran pada materi literasi, numerasi, dan karakter; menggunakan moda belajar sesuai kondisi siswa; mencari berbagai sumber belajar; mengembangkan lembar aktivitas siswa (LAS); serta menggerakkan KKG,” ujar Suparmin.
KKG berperan besar memaksimalkan penggunaan kurikulum yang lebih fleksibel, penguatan pembelajaran, dan pembuatan bahan belajar.
Pelatihan KKG dilakukan berjenjang dengan memperkuat kemampuan fasilitator daerah dan gugus. Para fasilitator inilah yang berperan melakukan pelatihan dan pendampingan guru di gugus dan sekolah masing-masing.
Hasil pengukuran kemampuan membaca yang dilakukan kepada 16.757 siswa SD pada 2022 menunjukkan, Bulungan mampu menahan laju kehilangan kemampuan belajar.
Berdasarkan data 2017, 2019, dan 2022, jumlah siswa yang lulus kompetensi literasi dasar pada tahun 2022 masih lebih tinggi daripada tahun 2017.
Sebagai contohnya, jika pada 2017 hanya 68 persen siswa kelas II SD lulus literasi dasar, pada tahun 2019 meningkat menjadi 87 persen.
Kemudian pandemi Covid-19 menyebabkan jumlah siswa kelas II yang lulus tes literasi dasar turun menjadi 72 persen pada 2022. Meski demikian, angka tahun 2022 itu masih lebih tinggi 4 persen dibandingkan dengan pengukuran tahun 2017.
Pengalaman Guru Melakukan Pemulihan Kemampuan Pembelajaran Salah seorang guru yang merasakan manfaat sistem yang dibangun Bulungan adalah Jumriani.
Guru yang biasa dipanggil Bu Jum ini merupakan guru kelas III di SD Negeri 008 Desa Binai, Kecamatan Tanjung Palas Timur.
Bu Jum menerima 21 orang siswa baru pada Juli 2021. Dari 21 siswa baru itu, sebanyak 58 persen tidak lulus literasi dasar.
Mereka belum tuntas mengenal huruf, suku kata, dan kata. Bahkan tidak satu pun siswa yang berada di level membaca pemahaman. Padahal, siswa ini sudah duduk di kelas III, dimana mereka seharusnya sudah masuk level lancar membaca.
Alih-alih panik menghadapi situasi ini, Bu Jum sudah punya langkah-langkah untuk memulihkan kemampuan belajar siswa. Ia memulainya dengan melakukan asesmen diagnosis secara kognitif dan nonkognitif. Setelah kemampuan anak terpetakan, Bu Jum membuat bahan ajar sesuai dengan kemampuan anak.
“Bu Jum melibatkan orangtua untuk mendampingi anak belajar dan membacakan buku cerita. Setiap orangtua mendapatkan buku cerita berbeda, tergantung dari level kemampuan membaca sang anak. Setiap bulan Bu Jum melakukan asesmen guna menilai tingkat perkembangan anak. Setelah tiga bulan hasilnya sangat menjanjikan.
Sebanyak 62 persen siswa mencapai level lancar membaca dan 19 persen siswa sudah di level membaca pemahaman.
Kesiapan guru dalam pemulihan kemampuan belajar seperti yang ditunjukkan Bu Jum menjadi modal Bulungan dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka secara masif.
Studi Pusat Standar Kebijakan Pendidikan (PSKP) Kemendikbudristek dan INOVASI menemukan bahwa kurikulum yang fleksibel mendorong pemulihan pembelajaran dua kali lebih cepat dibanding kurikulum 2013.
Metode pembelajaran yang menggunakan asesmen diagnostik, pembelajaran berdiferensiasi, dan penyederhanaan kurikulum yang menitikberatkan pada kemampuan dasar esensial seperti literasi dan numerasi berkontribusi kepada pemulihan pembelajaran.
Yang menggembirakan faktor-faktor kunci ini menjadi karakteristik dan prinsip utama dalam Kurikulum Merdeka.
Hasil yang mengembirakan ini telah dirangkum dalam buku Bangkit Lebih Kuat; Studi Kesenjangan Pembelajaran (2023). Buku ini telah diluncurkan Nadiem Makarim, Mendikbudristek dan Steve Scott, Wakil Duta Besar Australia beberapa waktu lalu di Jakarta (*)
Keterangan foto : KOORDINASI – Kepala Disikbud Kabupaten Bulungan Suparmin Setto memaparkan implementasi Kurikulum Merdeka kepada di kantor Gubernur Kaltara beberapa waktu lalu. Bulungan merasakan manfaat Kurikulum Merdeka sebagai payung kebijakan pemulihan pembelajaran.
(DOK/ Disdikbud Bulungan) INTERAKSI LANGSUNG – Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Anindito Aditomo berinteraksi langsung dengan siswa saat melihat implementasi Kurikulum Merdeka di salah satu SD di Kabupaten Bulungan, Kaltara, April lalu.
(DOK/ Disdikbud Bulungan) ASESMEN DIAGNOSTIK – Jumriani guru kelas III di SD Negeri 008 Desa Binai, Kecamatan Tanjung Palas Timur melakukan asesmen diagnostik untuk menilai tingkat kemampuan membaca siswa. Penggunaan asesmen diagnostik sebagai dasar penyusunan materi belajar merupakan salah satu karakteristik Kurikulum Merdeka. (DOK/Disdikbud Bulungan)